Tuesday, October 6, 2015
Hai, semesta!
Hai, semesta! Sudah lama aku tak mengajakmu mendengar ceritaku. Ya, untuk saat ini aku lebih memilih menulis di social media lainnya. Mungkin apabila kau ingin mendengar ceritaku bisa mengunjunginya, ya di sana! di sana! Kamu bisa membaca ceritaku yang lain di http://fairuznsa.tumblr.com/ . Aku lebih senang menulis disana, selamat bertualang dipikiran seseorang.
Sunday, March 22, 2015
Katanya
Seseorang pernah berkata, katanya "kalau mau berhasil jangan lupa Tuhanmu, jangan lupa kau baca Al-quranmu lalu hapalkan, kemudian jangan lupakan kedua orang tuamu, terutama ibu"
Jangan lupa, dunia ini hanya tempat sementara yang begitu sebentar, segeralah memperbaiki diri. Kehidupan sebenarnya bukan di dunia. Dunia adalah sebuah dimensi untuk belajar dan mempersiapkan diri, seberapa siap memasuki dimensi sesungguhnya. Siapkah?
Jangan lupa, dunia ini hanya tempat sementara yang begitu sebentar, segeralah memperbaiki diri. Kehidupan sebenarnya bukan di dunia. Dunia adalah sebuah dimensi untuk belajar dan mempersiapkan diri, seberapa siap memasuki dimensi sesungguhnya. Siapkah?
Saturday, March 21, 2015
Masa SMP
Masa-masa kelas sembilan SMP memang begitu menyenangkan walaupun aku tidak mengikuti kenangan dari awal kelas tujuh. Saat kelas sembilan, aku belajar di kelas 9-H. Kelas paling pojok yang posisi meja kursinya membelakangi pintu masuk, konon di kelas tersebut ada pengantin belanda. Di kelas sembilan bertemu kembali dengan Nicky, yaitu teman sekelasku saat di kelas delapan. Dan akhirnya, aku duduk di sebelah Nicky, karena dia satu-satunya anak yang kukenal dan paling dekat dari awal menjadi murid baru.
Kelas sembilan merupakan hal terkahir yang bisa ku kenang dari SMP 3, sekaligus menyisakan perjuangan yang tidak pernah sia-sia. Alhamdulillah di semester 1, aku memperoleh peringkat 1. Tapi, itu semua tidak berjalan dengan menyenangkan. Ada satu anak yang dibenci satu kelas, namanya Steven. Dia senang apabila menjatuhkan temannya, termasuk pernah mempermalukan aku di depan guru. Hari itu aku memang sedang tidak enak badan, sehingga saat pelajaran biologi, aku hanya menelungkupkan kepala ke meja karena merasa pusing. Tiba-tiba guruku memanggil-manggil "Siapa yang ranking 1 di sini?Coba maju ke depan?"
Tiba-tiba Steven menunjuk ke arahku. Jujur, aku kaget, tidak tahu apa-apa. Ternyata, aku disuruh mengerjakan soal genetika, tentang persilangan, gawatnya aku tidak tahu apa-apa karena dari awal tidak memperhatikan.
Kemudian Steven berteriak "Wah padahal ranking 1, Pak!"
Pak Asep pun merespon tidak enak. Aku pun berdiri mematung lemas, karena memang sedang pusing, rasanya ingin menangis. Kemudian, aku kembali ke bangkuku. Semua orang menatap sinis ke arah Steven, pria keturunan chinese. Dia memang seperti itu, senang melihat orang yang dijatuhkannya. Dia tersenyum lebar ke arahku. Memang seperti sinetron atau drama ya? Dia memang seperti itu, semua orang tidak menyukainya, karena sifatnya sombong dan kasar.
Semenjak hari itu, aku semakin benci dengan anak laki-laki tersebut. Kejadian yang sama pun kembali lagi, saat pelajaran sejarah. Dia memang anak kesayangan guru sejarah kami. Saat itu kelompok ku berdebat dengan kelompoknya. Tiba-tiba dia menantang dengan pernyataan "Ngerti ngga? kan ranking 1?" katanya setelah menjelaskan materi.
Kemudian aku membalas pernyataan tanpa melawan namun cukup tegas Disusul dengan tanggapan dari kelompok lain yang ikut membantuku.Setelah itu dia terdiam, ketika pernyataan seseorang berhasil menohoknya, lalu dia diam.
Lama-kelamaan, aku mulai menurunkan nilai di pelajaran tertentu, memang sengaja, rasanya kesal. Seharusnya sih aku jangan seperti itu, seharusnya aku membuktikan kepadanya. Namun, di semester dua, posisiku berada di ranking 3. Posisi pertama digantikan oleh Khaidir atau sering kami panggil Nana, kemudian posisi ke-dua oleh Diah. Memang dari awal aku tidak pernah mengejar ranking, entah mengapa bisa masuk posisi atas, padahal bisa apa? Hitung-hitungan pun masih blah-bloh. Tapi, aku begitu bersyukur saat itu.
Di kelas sembilan ini adalah perjuanganku untuk diterima di SMA favorit. Aku ingin sekali bisa sekolah di delapan, sekolah yang sama seperti ibuku. Aku dan ibuku lulusan SMP yang sama, ya di SMP 3. Setelah UN aku sempat tidak yakin. Namun, ibu dari jauh sering menelponku agar tetap positif, ibuku selalu yakin anaknya bisa. Akhirnya hari yang dinanti-nanti, yaitu pengumuman UN pun tiba. Ternyata oh ternyata, dugaanku salah, NEMku tidak terlalu buruk, malah cukup baik di tahun itu. Tidak menyangka bahwa NEM ku bisa 36,85. Rata-rata 9,.. Ya memang yang paling kecil pasti matematika, yaitu 9. Tapi ini ajaib, alhamdulillah perjuanganku terbayar dengan sebuah kerja keras dan kejujuran tanpa harus beli kunci jawaban palsu, hahaha.
Disaat-saat pendaftaran aku tidak di Bandung, langsung berangkat ke Surabaya, tempat ayahku bekerja, sehingga Wa Ei, kakak ipar ibuku yang mengurus segala pendaftaran. Setiap hari aku memantau websitenya, bingung apakah masuk atau tidak ke delapan. Guruku sempat menawarkan ke SMA 4 saja tapi aku tetap bingung dan tidak mau. Sempat ikut tes RSBI tapi setengah hati karena memang ingin ke delapan. Akhirnya di hari terakhir, aku nekat daftar ke delapan, bersaing dengan NEM 37, yang cukup banyak. Dan keikhlasan dan perjuangan ini membawa berkah.Alhamdulillah keterima! Betapa senangnya bisa keterima di delapan, bisa memberikan kebanggaan ke ayah dan ibu. Betapa perjuangan yang luar biasa. Dan disinilah cerita selanjutnya dimulai...
Tiba-tiba Steven menunjuk ke arahku. Jujur, aku kaget, tidak tahu apa-apa. Ternyata, aku disuruh mengerjakan soal genetika, tentang persilangan, gawatnya aku tidak tahu apa-apa karena dari awal tidak memperhatikan.
Kemudian Steven berteriak "Wah padahal ranking 1, Pak!"
Pak Asep pun merespon tidak enak. Aku pun berdiri mematung lemas, karena memang sedang pusing, rasanya ingin menangis. Kemudian, aku kembali ke bangkuku. Semua orang menatap sinis ke arah Steven, pria keturunan chinese. Dia memang seperti itu, senang melihat orang yang dijatuhkannya. Dia tersenyum lebar ke arahku. Memang seperti sinetron atau drama ya? Dia memang seperti itu, semua orang tidak menyukainya, karena sifatnya sombong dan kasar.
Semenjak hari itu, aku semakin benci dengan anak laki-laki tersebut. Kejadian yang sama pun kembali lagi, saat pelajaran sejarah. Dia memang anak kesayangan guru sejarah kami. Saat itu kelompok ku berdebat dengan kelompoknya. Tiba-tiba dia menantang dengan pernyataan "Ngerti ngga? kan ranking 1?" katanya setelah menjelaskan materi.
Kemudian aku membalas pernyataan tanpa melawan namun cukup tegas Disusul dengan tanggapan dari kelompok lain yang ikut membantuku.Setelah itu dia terdiam, ketika pernyataan seseorang berhasil menohoknya, lalu dia diam.
Lama-kelamaan, aku mulai menurunkan nilai di pelajaran tertentu, memang sengaja, rasanya kesal. Seharusnya sih aku jangan seperti itu, seharusnya aku membuktikan kepadanya. Namun, di semester dua, posisiku berada di ranking 3. Posisi pertama digantikan oleh Khaidir atau sering kami panggil Nana, kemudian posisi ke-dua oleh Diah. Memang dari awal aku tidak pernah mengejar ranking, entah mengapa bisa masuk posisi atas, padahal bisa apa? Hitung-hitungan pun masih blah-bloh. Tapi, aku begitu bersyukur saat itu.
Di kelas sembilan ini adalah perjuanganku untuk diterima di SMA favorit. Aku ingin sekali bisa sekolah di delapan, sekolah yang sama seperti ibuku. Aku dan ibuku lulusan SMP yang sama, ya di SMP 3. Setelah UN aku sempat tidak yakin. Namun, ibu dari jauh sering menelponku agar tetap positif, ibuku selalu yakin anaknya bisa. Akhirnya hari yang dinanti-nanti, yaitu pengumuman UN pun tiba. Ternyata oh ternyata, dugaanku salah, NEMku tidak terlalu buruk, malah cukup baik di tahun itu. Tidak menyangka bahwa NEM ku bisa 36,85. Rata-rata 9,.. Ya memang yang paling kecil pasti matematika, yaitu 9. Tapi ini ajaib, alhamdulillah perjuanganku terbayar dengan sebuah kerja keras dan kejujuran tanpa harus beli kunci jawaban palsu, hahaha.
Disaat-saat pendaftaran aku tidak di Bandung, langsung berangkat ke Surabaya, tempat ayahku bekerja, sehingga Wa Ei, kakak ipar ibuku yang mengurus segala pendaftaran. Setiap hari aku memantau websitenya, bingung apakah masuk atau tidak ke delapan. Guruku sempat menawarkan ke SMA 4 saja tapi aku tetap bingung dan tidak mau. Sempat ikut tes RSBI tapi setengah hati karena memang ingin ke delapan. Akhirnya di hari terakhir, aku nekat daftar ke delapan, bersaing dengan NEM 37, yang cukup banyak. Dan keikhlasan dan perjuangan ini membawa berkah.Alhamdulillah keterima! Betapa senangnya bisa keterima di delapan, bisa memberikan kebanggaan ke ayah dan ibu. Betapa perjuangan yang luar biasa. Dan disinilah cerita selanjutnya dimulai...
Monday, March 9, 2015
Pesan Rahasia
Dalam diamnya seseorang ada sebuah nama
Sebuah nama yang selalu disebut dalam diam
Dalam diamnya itu sebuah ketulusan
Tak perlu dia atau orang lain tahu
Biarkan doa menjadi pesan rahasia, siapa tahu Dia mendengar pesan rahasia ini
Kalau bisa setan pun tak pernah tahu
Biarkan setan menerka-nerka, untuk siapa pesan ini
Apakah arti dari sebuah doa dam-diam?
Mungkinkah ada akhirnya?
Subscribe to:
Posts (Atom)