Saturday, May 25, 2013

Saya Harus Ikhlas

Langkahku gontai, mata masih melihat lurus ke depan tapi dengan kondisi tidak sadar. Untung saja tidak tertabrak atau tersandung apapun.
Duduk di sebelah orang yang paling aku sayang, Ibu. 5 menit pertama yang hening. Mungkin masih saling tidak percaya, terutama aku.
Berusaha tenang, sangat tenang. Ibu memulai pembicaraan.

"Sudah,sabar ya Kak. Berarti jangan ke sana, jangan dipaksain"
 
Aku tahu Ibu juga pasti sedih.

"Ibu yakin kakak juga bisa, sukses bukan  hanya ke sana saja kan? Mungkin ada cara lain kak. Inget, Allah punya skenario yang hebat. Dia sutradara yang paling sempurna"

Mataku masih lurus ke depan. Tak sanggup menoleh ke arah Ibu. Mata semakin panas dan lama-kelamaan menangis. Teringat perkataan seseorang yang baru saja aku temui. Semakin sakit...sakit... Ya Allah. Sepertinya Ibu tahu aku menahan tangis.

"Jangan terlalu dipikirin ya Kak, sudah sekarang fokus ke yang lain saja, yang kata Kakak itu, sabar ya Kak..."

Tanganku masih memeluk bazoka (tabung kertas). Semakin sedih melihat isi tabung itu. Aku tidak bisa melanjutkannya. Padahal semua orang sudah mendukung... Ayah, Ibu. Tapi semuanya harus terhenti. Aku harus belajar,belajar yang belum aku bisa, belajar hal baru yang sebenarnya bukan itu yang aku mau. Mungkin Allah ingin memberi kemampuan yang lain untukku supaya bukan itu saja yang aku bisa. Semoga Allah selalu memberikan kekuatan. Aamiin.

Semangat ya, tetap kuat jangan cengeng Fay...

Thursday, May 9, 2013

Follow Your Passion!

Lagi-lagi saya dijadikan tempat bertanya orang-orang asing di tempat umum, ngga tau kenapa. Sudah berkali-kali saya dijadikan tempat bertanya arah jalan, naik angkot apa, naik bus apa dan masih banyak lagi. Ada yang ngajakin ngomong bahasa Inggris tapi diajaksupaya ngga percaya Tuhan dan ditanya kamu percaya kiamat apa ngga. Sampai pada suatu hari, ketika saya duduk sendirian karena menunggu teman di kursi pinggiran Braga ada seorang laki-laki yang menghampiri dan duduk disebelah saya.

"De sendirian?" tiba-tiba dia duduk di sebelah saya.

Tentunya saya terkejut " Ha iy-a"

"Ngapain di sini? Nunggu pacar ya?"

"Ngga hehe, nunggu temen mau sepedahan" jawab saya

"Ooh temen,bukan yaa,pasti pacarnya"

Waduh saya kesal, orang ini aneh tiba-tiba muncul tapi udah ngomong yang ngga-ngga. Berharap teman-teman saya cepat datang.

"Rumahnya dimana?"

Kebetulan saya masih polos waktu itu mungkin sekarang juga masih "Di Moh.Toha"

Dan laki-laki itu makin ngasih pertanyaan yang bisa dibilang buang-buang energi. Huh! Dan datang-datang dengan rasa tahu yang terlalu tinggi jadi bikin kesel lalu pergi tiba-tiba semacam supertrap.

Tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan kali ini. Seperti biasa, tempat favorit saya di Gramedia. Kebetulan pensil biru yang sudah 3 tahun lamanya rusak. Jadi, saya memutuskan untuk membeli penggantinya yang lain harus warna biru lagi. Karena biru itu warna favorit. Mata saya masih serius ke arah deretan pensil-pensil. Masih mencari mana pensil yang bagus untuk dibeli. Tiba-tiba...

"Mbak...mbak... Pensil yang bagus apa ya?" Dengan logat Jawa.

Konsentrasi terpecah, akhirnya saya menoleh ke arah sumber suara.

"Pensil merek ini bagus ngga ya Mbak?" bapak-bapak itu menyodorkan

"Bagus sih Pak, tapi biasanya saya pake faber...."

"Oh gitu ya,Mbak kapan terakhir pakai? Habis waktu itu saya beli,ternyata palsu"

"Terakhir pake sih pas kemaren ujian Pak"

"Ooh habis ujian toh, adek SMA mana?"

Alhamdulillah pertama kali ketemu orang dibilang anak SMA, biasanya juga dikira anak SMP!Hahaha

"Di 8 Pak"

"Ohyaya, yang di Buah Batu ya. Gimana di sana? Berat ngga pelajarannya? Banyak tugas ngga? Kalau banyak tugas suka tidur jam berapa?"

Saya sempat agak bingung, apa laki-laki ini lagi interview saya buat penelitian?

" ya gitu Pak, bagus sih. Kalau banyak tugas ya tidur malem,yaa jam 11an"

"sampe jam berapa kira-kira? kasihan anak saya, dia sekolah di SMA 3, tidurnya malam-malam terus bahkan pernah ngga tidur gara-gara

"Oh...Adek saya juga di sana Pak" saya menambahkan

"Sama kayak gitu juga?"

"Iya Pak,kalau saya bangun malam, pasti minta bangunin juga buat ngerjain tugas"

Lalu kami terus bercakap-cakap tentang sekolahan.

"Adek mau lanjut kemana? ITB ya?"

"Kemaren sih pas undangan daftar ke IPB, ARL sama Agro-Hortikultura"

"Wah bagus-bagus, saya punya teman,anak ARL juga, dia hebat, kamu bisa ngobrol-ngobrol sama beliau"

Lalu bapak-bapak itu menyambung ceritanya

"Dulu waktu saya SMA biasa saja,ndak pintar. Tapi teman-teman saya banyak yang milih ITB. Saya ikut-ikutan akhirnya gara-gara kalau ndak ITB dianggap rendah. Padahal saya biasa saja waktu itu. Minatnya apa toh dek?"

"Apa ya, saya suka yang ada Biologi nya Pak atau yang ada gambar-gambarnya juga"

"Iya, kamu harus ngikutin apa yang kamu suka. Biarlah menurut orang lain rendah tapi tenang saja. Kalau kamu ngikutin apa yang kamu suka,rezeki itu pasti ada. Ndak usah takut. Mungkin memang keren ITB dari luar, tapi saya waktu itu hampir tiap hari ndak tidur. Ndak tau orang-orang di luar sana. Belum tentu yang menurut orang-orang keren itu bisa jadi yang terbaik buat diri seseorang. Saya alumni teknik mesin dek"

"Iya ya Pak" saya terhenyak.

"Jadi ikuti saja yang kamu suka, kalau sudah suka pasti ada rezekinya. Ohya,nama adek siapa?"

"Fairuz. Fairuz Nisa"

Akhirnya kami menutup perbincangan itu. Perbincangan yang sangat lama sepertinya. Sekitar 25 menit kami berbicara. Saat itu juga saya bungung. Kenapa tiba-tiba bisa sejauh itu. Berawal dari pensil hingga masa depan.Lagi-lagi saya diajak ngobrol orang asing di tempat umum, ada magnet apa ya? Mungkin cerita ini bisa buat pembelajarn buat kalian. Apa hikmah yang bisa diambil?