Duduk di sebelah orang yang paling aku sayang, Ibu. 5 menit pertama yang hening. Mungkin masih saling tidak percaya, terutama aku.
Berusaha tenang, sangat tenang. Ibu memulai pembicaraan.
"Sudah,sabar ya Kak. Berarti jangan ke sana, jangan dipaksain"
Aku tahu Ibu juga pasti sedih.
"Ibu yakin kakak juga bisa, sukses bukan hanya ke sana saja kan? Mungkin ada cara lain kak. Inget, Allah punya skenario yang hebat. Dia sutradara yang paling sempurna"
Mataku masih lurus ke depan. Tak sanggup menoleh ke arah Ibu. Mata semakin panas dan lama-kelamaan menangis. Teringat perkataan seseorang yang baru saja aku temui. Semakin sakit...sakit... Ya Allah. Sepertinya Ibu tahu aku menahan tangis.
"Jangan terlalu dipikirin ya Kak, sudah sekarang fokus ke yang lain saja, yang kata Kakak itu, sabar ya Kak..."
Tanganku masih memeluk bazoka (tabung kertas). Semakin sedih melihat isi tabung itu. Aku tidak bisa melanjutkannya. Padahal semua orang sudah mendukung... Ayah, Ibu. Tapi semuanya harus terhenti. Aku harus belajar,belajar yang belum aku bisa, belajar hal baru yang sebenarnya bukan itu yang aku mau. Mungkin Allah ingin memberi kemampuan yang lain untukku supaya bukan itu saja yang aku bisa. Semoga Allah selalu memberikan kekuatan. Aamiin.
No comments:
Post a Comment