Ketika semesta begitu teduh
Dan aku hanya bisa menikmatinya dibalik hujan cahaya
Terlalu sayang untuk dilewati
Malam yang sangat tenang
Katanya kau akan datang
Berdua kita berjalan menelusuri butiran cahaya
Berdua kita berlari menikmati alam ini
Bersahut-sahutan dengan suara angin
Ini sebuah kejujuran,tanpa titik bohong
Kalau ada yang lebih indah dari cahaya ini
Ini sebuah kejujuran,tanpa drama
Kalau ada yang lebih teduh dari malam ini
Tak ada yang salah dengan hati
Kalau diam-diam kau menyukainya
Mungkin sayang...
Malam itu semesta tak bicara, hanya terdiam hening. Bersama aku yang hanya meringkuk di balik jendela. Memandangi tetesan hujan yang bergerak perlahan ke berbagai arah membaur bersama cahaya-cahaya. Aku suka, menyatu begitu lembut. Terkadang aku merasa aku sedang berlindung di baliknya. Tak akan ada yang bisa melihat kalau aku sedang menunggu sesuatu yang lebih teduh dari malam itu. Memang benar,semesta membisu. Enggan memberitahu kapan dia datang. Hanya memberikan isyarat kalau ia takkan pernah datang lagi. Lalu, untuk apa aku seperti ini?
Aku heran mengapa bisa suka sebelum tahu namanya, sebelum tahu wajahnya, sebelum punggung itu berbalik ke belakang. Kerena dia memang berbeda. Setelah ia berbalik, aku semakin kagum. Semuanya!Tapi sayang dia tidak tahu ada yang menunggu penasaran di balik punggungnya. Ini jujur apa adanya. Apakah dia akan selalu ingat temannya ini?
Sudahlah sekarang dia sudah pergi ke tempat yang baru. Selamat berjuang sosok paling teduh! Tetaplah menghadap ke depan jangan berbalik.
No comments:
Post a Comment