Sunday, March 23, 2014

Nah, Inilah "Kami"

Jadi ceritanya penulis agak heran kenapa bisa berjalan ke arah "sini" bukan ke arah "sana". Ya saya benar-benar heran. Ceritanya panjang untuk diceritakan. Singkat saja, tahun lalu saya dan teman-teman berjuang bersama-sama untuk masuk PTN. Saya masih yakin dengan cita-cita dari kecil, menjadi seorang arsitek. Segala jurusan arsitektur di berbagai PTN saya jelajahi, saya tes sana-sini, bahkan sampai berjuang ke luar kota demi satu cita-cita "Arsitek". Namun segalanya kembali kepada pemilik kuasa. Kita yang merencanakan dan Dia yang menentukan. Tidak ada satupun yang lulus. Lalu saya kembali bertanya,"Apa jangan-jangan saya tuh memang bukan menjadi arsitek?"

Dan pada suatu saat, ada teman dekat saya yang bertanya, "Kamu udah ada cadangan belum?"
"Belum nih, masih berharap UTUL UGM, belum ada sama sekali cadangan"
"Yaudah,daftar swasta aja atuh, nih aku juga daftar buat cadangan,katanya bagus kok"
"Ohiya? Yaudah deh ntar aja daftarnya gelombang terakhir"

Akhirnya saya mendaftar ke sana.

Saya dinyatakan lulus di kampus swasta itu. Ya bersyukur saja, setidaknya ada cadangan sebelum menunggu kabar dari Utul, berharap sebentar lagi akan terbang ke Jogja. Namun, untuk kesekian kalinya ditolak PTN.Padahal itu harapan terakhir. Akhirnya saya ikhlas harus berkuliah di kampus swasta itu. Awalnya sempat sedih, ya tau sendiri sekolah saya termasuk sekolah favorit yang semua anak-anaknya memiliki cita-cita masuk ke PTN-PTN favorit,termasuk saya. Tapi setelah dipikir-pikir, inilah yang paling terbaik. Mungkin usaha dan proses yang lalu akan berbuah manis suatu saat, bukan sekarang. Saya tetap berpikir positif, siapa tahu disana saya akan lebih bermanfaat buat orang lain, lebih banyak mendapatkan pahala.

Awalnya memang berat, tapi saya banyak belajar hal yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, yaitu belajar bagaimana kita tetap berdiri kuat ketika angin kencang dan berusaha tetap bersyukur di dalam kegagalan, itu yang disebut mengelola kebahagiaan. Karena rasa senang atau sedih diciptakan sendiri. Saya berhasil menciptakan rasa senang ketika sedih. Ohiya, pada akhirnya saya tidak jadi masuk arsitektur, padahal di kampus saya sekarang ada jurusan arsitektur. Nah itu dia tanda tanyanya, mengapa bisa seperti itu.

Setiap ada yang bertemu
"Fay arsi kan ya?"
"Bukan... sodaranya, Planologi"
"Loh kok bisa? bukannya di kampus ada arsi kan ?"
"Ngga ngerti aku juga, pas dulu daftar malah nyeklis plano"
"Ih kamu salah nyeklis kali waktu itu"

Mengapa dulu tiba-tiba pengen plano karena sebuah alasan sederhana yaitu ingin keliling Indonesia lagi, ya pengen bisa jalan-jalan kesana kemari. Ternyata Plano itu menyenangkan! Belajar semua hal, ada sosial, teknik dan seni. Percampuran yang mengasyikkan. Ya, sebuah jurusan yang merencanakan apa yang ada di bumi dan di langit,tapi yang menentukan hanyalah Dia. Dan "kami" hanya berdiri di belakang layar, jarang terlihat. "Kami" yang merencanakan kota agar nyaman. "Kami" yang akan memimpin semua ahli, baik anak teknik maupun sosial. Bekerja dengan peta-peta, kontur, persil yang luar biasa bisa membuat mata semakin rusak, di depan laptop bersama para software serta bekerja sama dengan anak-anak teknik lainnya. Kelebihan "Kami" adalah berpikir komprehensif dan mampu meramal dengan ilmu futurologi untuk menganalisis perkotaan. "Kami" sering melakukan survei sana-sini, sangat melelahkan, tapi "kami" senang karena selalu bersama-sama.We plan for a better future

1 comment: