Thursday, March 22, 2012

Pindah...( Part 6)

"Halooo para pembaca setia blog gue hehe.Yuk lanjutin ceritanya lagi,sudah lama ngga nulis lagi sibuk sama sekolah sih hoho.Penasaran kaan.. Bagi new visitor, jangan lupa baca ceritanya dari awal! Biar ngerti :P Selamat Membaca :) "

Tak lama kemudian datanglah guru Bahasa Indonesia. Ternyata beliau wali kelasku. Namanya Ibu Marbun. Seperti sebelum-sebelumnya, sebagai murid baru, aku disuruh maju ke depan untuk memperkenalkan diri. Sungguh bosan tapi sangat menegangkan...
Aku kembali ke bangku ku.. Dan ada yang aneh, semua mata memandangku. Apa ada yang salah denganku? Sepertinya tidak, tapi mengapa mereka melihatku seperti itu? Ya sudahlah, aku tidak berpikir yang aneh-aneh, mungkin karena aku murid baru kali yaa
Dan istirahat yang ku tunggu-tunggu tiba. Banyak anak-anak yang menghampiriku, ya sekedar berkenalan dan menyapa. Tak disangka mereka baik dan ramah-ramah.

"Hai, namaku Ria Dwi.. Panggil aja Dwi " dia tersenyum kepadaku
"Oh..iyaiya, salam kenal yaa" jawabku sambil membalas senyuman
Gadis berambut keriting sebahu itu berbisik kepadaku " Eh...kamu bukan orang sini ya? Suara kamu mirip orang Jawa atau Sunda.. Lembut kali!"
"Mm..iya, ayahku orang Surabaya kalau ibu sih Bandung hehe"
"Ohiya Nis, ayahku juga orang Jawa tapi lama tinggal di Medan.Rumah kamu sekarang dimana?"
"Persis di sebelah Bank BRI... Ayahku pindah-pindah tugasnya"
 Dan saat itu juga Dwi meraih tanganku dan mengajak ke warung kecil di sebelah kelas.Lalu aku di ajak berkenalan dengan teman-teman yang lain.

Ketika pulang sekolah, aku kebingungan... Bagaimana aku bisa pulang? Bagaimana cara mengabari ibu atau Om Amry ? Aku kan tidak punya handphone. Aah aku mulai panik. Menengok kanan-kiri...tidak ada mobil Om Amry. Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Ohiya, sebelum berangkat sekolahkan aku menghapalkan jalan. Lalu kucoba mengingat-ingat. Dan ternyata aku menemukan pertigaan. Walah, ini harus ke arah mana. Yasudah aku mengambil jalan yang ke kanan. Tiba-tiba ada yang memanggil dari belakang.

" Nis! Nis! Mau kemana? Ngga dijemput?" teriak Dwi.
"Iya ngga dijemput, mau pulang ke rumah, tapi jalan kaki aja. Tadi udah ngapalin jalan kok.."
"Loh loh..Kok jalan ke sana? Bukannya rumah kamu di sebelah Bank BRI ya? Harusnya ke kiri Nisa.."
Aku terdiam sejenak. 
"Ohiya ya benar...Makasih Dwiii"
Saking paniknya aku sampai lupa kan harus belok kemana, untung saja ada Dwi yang memberitahuku kalau tidak mungkin aku sudah nyasar hahaha. Tapi setelah diberi tahu Dwi, aku hapal betul jalan menuju rumah. Melewati sekolah Kristen lalu gereja dan terakhir belok kanan.
Ketika tiba di rumah, Ibu dan Om Amry kaget! Kok aku bisa pulang sendiri dan hapal jalan?

" Loh Kak, kok bisa pulang sendiri...kok hapal? " tanya ibuku sedikit panik.
"Iya, tadi pulangnya jam 11, terus pas tadi pagi berangkat sekolah ngapalin jalan buat jaga-jaga"
"Walah hebat yaa..baru di Sibolga udah hapal hahaha " kata Om Amry.



Keesokan Harinya

Pagi itu kelas sudah ramai sekali. Ketika aku melangkah masuk semuanya mengarah ke arah pintu. Ada yang bengong, ada yang berbisik-bisik. Aku sih cuek saja, tetap berjalan ke arah bangku ku. Sepertinya teman sebangku ku ini akan telat lagi. Kemana Aqil?
Baru saja aku duduk... Ada anak laki-laki berkulit kuning langsat yang memandang dari jauh sambil senyum-senyum. Postur tubuhnya yang tinggi bersandar di dinding. 

"Apaan sih anak ini..Ih!" kataku dalam hati. Perasaan, kemarin aku tidak melihat anak ini. Nampaknya anak laki-laki ini baru masuk. Dia melangkahkan kakinya dengan gagah dan membusungkan dadanya. Lalu mendarat di meja ku.

"Halooo...Kau murid baru yaa? Boleh kenalan dong.." katanya sambil memegang rambutnya yang seperti landak. Aku diam, tidak menjawab, pura-pura tidak mendengar.. ya pura-pura sibuk.
"Wah, kau sombong kali bah.."
Tiba-tiba ia meraih tanganku dan berkata " Eh kenalkan namaku Taufiq, cowok terganteng di kelas ini.." lalu di susul oleh tawa anak laki-laki di belakangnya, bisa dibilang gengnya.
Tiba-tiba cowok hitam yang kemarin menertawaiku berdiri di samping Taufiq sambil melipat kedua tangannya.
" Sudahlaah.. tak usah kau berkenalan sama anak ini"Lagi-lagi semua anak-anak laki-laki itu menertawaiku. 
Tak terasa keringat dingin mengucur, seragam terasa basah padahal ini masih jam 6 pagi. Ya Allah tolong aku....

" Woi!! Sudahlah kau pergi jangan ganggu dia bah!" Dwi membantuku.. Ooh syukurlah!
Dan sejak saat itu kami mulai akrab. Aku mulai membuang muka setiap melihat anak-anak laki-laki itu terutama Boy dan Taufiq. Dan mulai bermain dengan anak-anak perempuan lainnya.

No comments:

Post a Comment